Selasa, 21 Mei 2013

Kualitas Belajar mempengaruhi Hasil Belajar

Kata kualitas atau mutu menurut Poerwadarminta (2002:451) adalah “Makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa”. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Manajemen sekolah dan dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas. baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan
Guru merupakan salah satu faktor penentu mutu pendidikan | http://goo.gl/VN2ch9
Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
Proses pendidikan merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Dalam penelitian ini penilaian kualitas proses belajar ditinjau dari kejenuhan belajar dan keakifan siswa dalam belajar.

Kejenuhan Belajar

Kejenuhan belajar merupakan suatu bentuk kesulitan belajar yang tak selalu mudah diatasi. Gejala-gejala yang sering dialami adalah timbulnya rasa enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk belajar, padahal individu yang bersangkutan masih memiliki kemauan untuk belajar.
Kata kejenuhan berarti padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Oleh Reber (1988) dalam Psycologi Education dijelaskan bahwa kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil. Kejenuhan pada umumnya disebabkan suatu proses yang berlangsung secara monoton (tidak bervariasi) dan telah berlangsung sejak lama. Kejenuhan belajar dapat dimaknai pula sebagai suatu kondisi mental seseorang, saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa enggan, lesu, dan tidak bersemangat atau tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar (Thursan Hakim, 2008 : 62-64).
Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain yaitu :
  1. Cara atau metode belajar tidak bervariasi
  2. Belajar hanya di tempat tertentu,
  3. Suasana belajar tidak berubah,
  4. Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan,
  5. Siswa yang telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya,
  6. Proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan (borring) dan keletihan (fatigue).
Menurut Cross (1974) dalam Psycology Education, keletihan siswa dapat diketegorikan menjadi tiga, yaitu:
  1. Keletihan indra siswa
  2. Keletihan fisik siswa
  3. Keletihan mental siswa
Keletihan indra dan fisik siswa dapat dihilangkan dengan mudah dengan beristirahat dengan cukup. Kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang menyebabkan kejenuhan belajar, antara lain sebagai berikut :
  1. Melakukan istirahat dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup.
  2. Pengubahan atau penjadwalan kembal jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
  3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa
  4. Memberikan motivasi dan stimulus baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
  5. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
bimbingan terhadap anak
Anak senang saat dibimbing orang tua. doc: hendriono.web.id
Dapat diambil kesimpulan bahwa Kejenuhan Belajar adalah suatu kondisi mental seseorang yang mengalami rasa enggan, bosan, lelah, dan tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas belajar, yang ditimbulkan akibat adanya suatu proses yang berlangsung secara monoton dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga tidak mendatangkan hasil. Pada penelitian ini, untuk mengukur kualitas proses pembelajaran dengan aspek kejenuhan belajar menggunakan delapan indikator yaitu siswa mengantuk, bersandar di meja/menopang dagu, bermain handphone, berbicara sendiri dengan teman, melamun tidak memperhatikan pelajaran, tidak merespon perintah guru, minta segera istirahat, tidak hadir atau keluar tanpa ijin.

Keaktifan Belajar Siswa

  1. Pengertian Keaktifan Belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Ratmi, 2004). Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat dalam belajar.
  2. Ciri-ciri Keaktifan Belajar . Ada empat ciri keaktifan belajar siswa yaitu 1) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan, 2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar, 3) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya, 4) Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lain
  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar, Nana Sudjana (dalam Ratmi,04) menyatakan bahwa “ada lima hal yang mempengaruhi keaktifan belajar, yakni: 1) stimulus belajar, 2) perhatian dan motivasi, 3) respon yang dipelajarinya, 4) penguatan, 5) pemakaian dan pemindahan” :Bye:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No live link and No out of Topic please! Thank and enjoy it!

 

Fryta's Blog Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Supported by web development service